REUNI 212 PANGGUNG POLITIK UNTUK ANIES BASWEDAN

By DJONY EDWARD

Gerakan 212 (2 Desember) adalah geraka politik paling teduh tapi penuh gejolak. Betapa tidak, jutaan orang, kabarnya 7 hingga 8 juta orang hadir setiap reuni ini digelar. Lantas siapa yang mendapat manfaat dari gerakan politik keagamaan yang aman dan damai ini?

Tidak bisa dipungkiri awal gerakan 212 pada 2 Desember 2016 adalah gerakan politik melawan penistaan agama yang dilakukan oleh Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaya Purnama alias Ahok. Ahok kepeleset kata di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, Jakarta Utara, dengan mengatakan para ulama, kyai dan asatidz menggunakan surat Al Maidah 51 sebagai alat kebohongan. Padahal ayat suci dalam surat Al Maidah 51 itu mengatakan: Wahai orang-orang yang beriman, janganlah engkau jadikan orang Yahudi dan Nasrani sebagai pemimpin.

Majelis hakim Pengadilan Negeri Jakarta Utara menyatakan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) sudah merendahkan Surat Al-Maidah ayat 51 dalam pernyataan sambutan kepada warga di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu. Ahok, menurut hakim, menganggap Surat Al-Maidah 51 sebagai alat kebohongan.

“Dari ucapan tersebut, terdakwa telah menganggap Surat Al-Maidah adalah alat untuk membohongi umat atau masyarakat atau Surat Al-Maidah 51 sebagai sumber kebohongan. Dan dengan adanya anggapan demikian, maka menurut pengadilan terdakwa telah merendahkan dan menghina Surat Al-Maidah ayat 51,” ujar hakim membacakan pertimbangan hukum dalam sidang vonis Ahok di auditorium Kementan, Jl RM Harsono, Ragunan, Jakarta Selatan, Selasa (9/5/2017).

Pernyataan Ahok yang dimaksud majelis hakim disampaikan dalam kunjungan pada 27 September 2016 terkait dengan budidaya ikan kerapu.

“Jadi jangan percaya sama orang, kan bisa saja dalam hati kecil Bapak-Ibu nggak bisa pilih saya ya kan? Dibohongi pakai Surat Al-Maidah 51, macam-macam itu. Itu hak Bapak-Ibu ya. Jadi kalau Bapak-Ibu perasaan nggak bisa kepilih nih, karena saya takut masuk neraka karena dibodohin gitu ya, nggak apa-apa,” begitu penggalan pernyataan Ahok yang dibacakan ulang.

“Dari ucapannya tersebut, terdakwa jelas menyebut Surat Al-Maidah yang dikaitkan dengan kata ‘dibohongi’. Hal ini mengandung makna yang negatif. Bahwa terdakwa telah menilai dan mempunyai anggapan bahwa orang yang menyampaikan Surat Al-Maidah ayat 51 kepada umat atau masyarakat terkait pemilihan adalah bohong dan membohongi umat atau masyarakat, sehingga terdakwa sampai berpesan kepada masyarakat di Kepulauan Seribu dengan mengatakan jangan percaya sama orang, dan yang dimaksud yang adalah jelas orang yang menyampaikan Al-Maidah ayat 51,” papar hakim dalam pertimbangan hukum.

Majelis hakim menegaskan Surat Al-Maidah ayat 51 adalah ayat Alquran, bagian dari Alquran, kitab suci agama Islam yang dijaga kesuciannya.

“Siapa pun yang menyampaikan ayat Alquran sepanjang ayatnya disampaikan dengan benar, maka hal itu tidak boleh membohongi umat atau masyarakat. Oleh karena Surat Al-Maidah bagian kitab suci Alquran, maka dengan merendahkan, melecehkan Surat Al-Maidah ayat 51, sama halnya melecehkan kitab suci Alquran,” sambung hakim.

Dalam perjalanannya, proses hukum atas penistaan agama ini berjalan beriringan dengan proses pemilihan Gubernur DKI Jakarta, dimana pasangan Ahok-Djarot Saiful Hidayat berhadap-hadapan dengan pasangan Anies-Sandiaga Salahudin Uno. Publik tahu pada Pilgub 2017 itu akhirnya dimenangkan oleh Anies-Sandi.

Selepas Pilgub, ternyata proses reuni 212 terus berlanjut. Pada 2018 dan 2019 aroma yang muncul memang seperti gerakan politik keagamaan mendukung oposisi Jokowi-Ma’ruf, yang secara eksplisit mendukung Ahok pada masa-masa Pilgub. Lantas apa relevansi reuni 212 pada 2019?

Tentu saja pada reuni kali ini memang tidak ada peristiwa Pilpres ataupun Pilgub yang dekat dengan kegiatan tersebut. Tapi setidaknya dengan menampilkan Anies sebagai salah satu pemberi pidato, pihak lawan langsung memberi cap bahwa reuni 212 adalah panggung politik untuk Anies melangkah ke RI-1. Paling tidak sinyalemen itu yang ditudingkan Partai Solidaritas Indonesia (PSI), PSI memang selalu menyalahkan apa yang dilakukan Anies, tapi PSI tutup mata terhadap kesalahan Jokowi, atau peristiwa korupsi di provinsi dan belahan dunia manapun.

Bagi PSI berpolitik itu adalah menyalahkan apapun yang dilakukan Gubernur Anies Baswedan, baik keputusan yang benar, apalagi keputusan yang paling tidak dianggap salah oleh PSI.

Lepas dari sinyalemen yang dihembuskan PSI, langkah politik Anies menuju RI-1 memang seperti tidak terbendung. Saat masih menjadi aktivis mahasiswa di Himpunan Mahasiswa Indonesia (HMI) Majelis Penyelamat Organisasi (MPO) di UGM Jogjakarta pada 1992-1994, dalam narasinya Anies selalu mengatakan ingin menjadi Presiden. Ndilala, langkah Anies menuju ke sana seperti berjalan mulus.

Mulai dari sebagai aktivis Indonesia Mengajar, langkah Anies seperti bergayung sambut dengan zaman. Anies beruntung diangkat Jokowi menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan oleh Presiden Jokowi pada 2014. Meskipun kemudian direshufle pada Agustus 2016, tapi Anies tetap mendapat panggung menjadi Gubernur DKI Jakarta pada 2017. Belakangan ada wacana di parlemen untuk Gubernur dipilih oleh Presiden dan parlemen punya kekuatan mengubah undang-undang untuk itu, tapi Anies seperti makin tak terbendung.

Pemilik presidential speech ini dalam 12 survei yang dilakukan oleh lembaga survei politik selama ini, selalu menempati peringkat pertama dengan elektabilitas hingga 40%. Sementara nama-nama kandidat presiden 2024 seperti Ganjar Pranowo, Risma Harini, Ridwan Kamil, Agus Harimurti Yudhoyono, Gatot Nurmantyo, Budi gunawan, elektabilitasnya rerata di bawah 10%. ini menandakan bahwa geliat Anies untuk menjadi orang nomor satu di republik ini semakin tak terbendung.

Lantas apa yang membuat langkah Anies menuju RI-1 seperti tak terbendung?

Pertama, kecerdasan sosial politik Anies yang dominan melebihi kecerdasan politik para kompetitornya yang mmebuat Anies berbeda dengan para pesaing. Cara Anies menangkis berbagai serangan yang membusukkannya, justru berujung pada kemenangan opini di pihak Anies.

Kedua, karya-karya besar Anies dibidang infrastruktur dan realisasi janji-janji pilitik yang satu demi satu dipenuhi, membuat nama Anies makin melekat dan kalau boleh dikatakan makin lengket di hati rakyat.

Ketiga, di tangan Anies hasil audit APDB DKI Jakarta langsung melejit mendapat opini wajar tanpa pengecualian (WTP). Padahal selama dipegang Jokowi dan Ahok lima tahun berturut-turut opini audit keuangan DKI Jakarta selalu mendapat predikat wajar dengan pengecualian (WDP).

Keempat, karakter kepemimpinan Anies yang selalu mengayomi ummat Islam dan para kyai, ulama dan asatidz yang mayoritas adalah warga DKI Jakarta. Walapun Anies juga mengayomi warga non muslim secara proporsional. Bandingkan dimasa Ahok umat Islam dan para kyai selain tak diperhatikan, juga terkadang dihardik, dimaki-maki dan paling menyakitkan dinistakan.

Kelima, selain menepati janji-janji politiknya, Anies juga secara perlahan namun pasti menggagas rencana-rencana besar tata kota dan infrastruktur DKI Jakarta yang meraksasa tapi juga memiliki independensi dalam mengelola pemerintahan. Bandingkan dengan Ahok yang dikelilingi konglomerat dan chinese connection yang terkesan mendikte. Itu sebabnya rakyat sulit menerima kepemimpinan yang selalu dibayang-bayangi aroma negeri tirai bambu yang terkenal menguasai dan menjajah ekonomi.

Dari berbagai-bagai kelebihan Anies Baswedan tersebut di atas, forum reuni 212 seperti paket khusus yang tak terelakkan untuk mengorbitkan Sang Independen ini maju selangkah lagi menjadi RI-1.

Penulis sendiri merasakan aroma dukungan moral reuni 212 terhadap Anies Baswedan, walaupun tak terungkap secara eksplisit, namun aura dukungan itu kuat sekali. Dan itu bukanlah sebuah kesalahan sejarah, itu adalah sah dan menjadi competitive advantage Anies Baswedan di negeri yang mayoritas penduduknya beragama Islam.

Tinggal bagaimana proses politik yang berlangung apakah dapat berjalan dengan fair, penuh integritas dan jurdil. Belakangan kita juga mendengar akan ada penjegalan bagi Anies tak hanya untuk jabatan periode kedua Gubernur DKI Jakarta, tapi juga untuk capres 2024.

Seperti air yang mengalir, Anies terus mengisi relung-relung terdekat dengan rakyat. Ia terus menyapa rakyat dengan berbagai kebijakan yang merakyat, dan lewat saluran-saluran politik yang juga merakyat. Persetan dengan sikap para politik serba salah seperti yang dimainkan PSI, langkah politik moral Anies yang jelas terus melangkah. Seperti air yang mengalir, ia terus mengalir tak terbendung, hingga akhirnya sampai juga.

Selamat reuni gerakan politik moral umat Islam 212, selamat memunculkan pempimpin yang berkualitas. Kalau memang Anies BAswedan orang yang dimaksud, alam pun akan membukakan jalan.!

37B9C2A5-D0AD-4608-83A0-7D3FB0FF8137

Tentang djonyedward

Penulis 75 Buku Perbankan, Asuransi, Pasar Modal, Bisnis, Konglomerasi, Politik, Hukum dan GCG
Pos ini dipublikasikan di Uncategorized. Tandai permalink.

Satu Balasan ke REUNI 212 PANGGUNG POLITIK UNTUK ANIES BASWEDAN

Tinggalkan komentar